Tepat pada tanggal 18 Oktober
2017 lalu, ada program Medical Check Up
yang difasilitasi kantor untuk semua karyawan yang telah bekerja minimal 1
tahun lamanya. Alhamdulillah saya pun ikut bagian, karena memang sudah melebihi
1 tahun masa kerja. Ini pengalaman pertama saya mengikuti MCU. Menurut
informasi dari rekan kerja, biayanya berkisar di angka 950 ribu. Wah, lumayan
juga ya biayanya. Tapi karena difasilitasi kantor, jadi saya dan karyawan lainnya
tidak bayar, alias gratis.
Singkat cerita, saya ikuti segala macam tes kesehatan yang disediakan pihak vendor yaitu cek rontgen, tes mata, tes kardiografi, cek
darah, cek urine, cek tekanan darah, pengukuran tinggi dan berat badan.
Semuanya saya ikuti, tak satupun saya lewati. Biar puas.
Kurang lebih setelah seminggu,
hasil MCU keluar dan ada di ruang HRD. Satu per satu, karyawan mengambil hasil
MCU. Pasca mengetahui hasilnya, berbagai obrolan di kantor cukup ramai, soal
hasilnya. Ada yang saling tanya beberapa hal misalnya “berapa asam uratnya? berapa kolesterolnya?” Dan lain sebagainya. Hari
itu, jadi hari terkepo sedunia di kantor kami. Rasa penasaran akan hasil MCU yang
lain jadi penyemangat kami. Ada juga yang saling sindir dengan nada becanda,
hehe. Ada juga yang bahas soal kondisi ideal tubuh (indeks massa tubuh),
lingkar perut lah, yang takut ditusuk jarum lah, dan banyal lagi. Pokoknya
ramai hari itu.
Beberapa hari pasca
dikeluarkannya hasil MCU, setelah hari terkepo sedunia itu, rupanya ada
beberapa karyawan yang dihubungi pihak penyelenggara, yang isinya akan ada
agenda penyampaian hasil atau konsultasi. Yang dihubungi ternyata khusus
nama-nama yang dinyatakan unfit dan fit with note. Serta para petinggi alias
manajemen. Saya? Alhamdulillah fit. Hehehe.
Dan apa yang disampaikan? Ini
beritanya cukup mencengangkan, karena banyak yang terindikasi berbagai penyakit
yang serem-serem. Terutama katanya yang berkaitan dengan hasil lab darah. Penyampaian
hasilnya semacam mengintimidasi atau persekusi. Jiaah lebay. HIV lah, Hepatitislah,
dan lain-lain. Oke, itu memang hasil lab mungkin. Yang harus diketahui klien
(baca: karyawan).
Padahal sebelum MCU kondisi
beberapa karyawan merasa sehat, hehehe. Becandaan para karyawan begini, “yang
bikin sakit itu MCU, makanya harusnya nggak usah MCU, jadinya kita ‘sakit’. Hehehe”.
Bisa aja.
Apa ini ada motif bisnis supaya kembali konsultasi ke pihak penyelenggara MCU? Atau cek lanjutan untuk beberapa karyawan yang cukup urgent? Allahu a’lam. Husnudzon aja kalau saya. Mungkin agar lebih berhati-hati dalam hal kesehatan ini. Cuma kalau berlebihan, ya agak gimana gitu ya. Hehehe. Yang jelas, terlepas dari itu semua ini sedikit banyak memberikan sugesti negatif dengan adanya informasi yang seram-seram soal kondisi kesehatan bagi sebagian karyawan.
Apa ini ada motif bisnis supaya kembali konsultasi ke pihak penyelenggara MCU? Atau cek lanjutan untuk beberapa karyawan yang cukup urgent? Allahu a’lam. Husnudzon aja kalau saya. Mungkin agar lebih berhati-hati dalam hal kesehatan ini. Cuma kalau berlebihan, ya agak gimana gitu ya. Hehehe. Yang jelas, terlepas dari itu semua ini sedikit banyak memberikan sugesti negatif dengan adanya informasi yang seram-seram soal kondisi kesehatan bagi sebagian karyawan.
Tak lama, di keesokan harinya,
kalau tidak salah, pimpinan lembaga membuat tulisan dan disebarkan di grup
whatsapp, yang isinya kurang lebih agar bergantung kepada Allah dan serahkan
semuanya ke Allah. Yang memberi sehat dan sakit adalah Allah, jadinya soal hasil
MCU jangan dijadikan rujukan tunggal soal kesehatan. Tapi berserah diri ke
Allah. Ini sebagai jawaban atas pernyataan atau informasi yang disampaikan oleh
pihak vendor MCU, karena caranya dalam penyampaian sedikit mengintimidasi atau
menakut-nakuti beberapa karyawan.
Memang, pada akhirnya kita
ditentukan oleh kehendak dan takdir-Nya. Apapun kondisi yang menimpa kondisi
kesehatan kita, Allah yang punya kehendak atas diri kita. Bahkan hidup dan mati
pun sudah Allah tentukan. Tidak bisa dimajukan atau dimundurkan. Ada yang lama mengidap penyakit kronis, ternyata tetangga yang sehat yang meninggal. Dan banyak kisah nyata lain yang bisa jadi pelajaran bagi kita. Tentu, tugas
kita sebagai manusia adalah berikhtiar semampu kita namun jangan pernah
melupakan kuasa Allah. Dia-lah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. End.
Salam sehat, jangan lupa bahagia
3 comments:
Pak Saef ini saya Haris yang pernah Pak Saef Bina di SMK 6 Samarinda TAB COOp , sebentar lagi akan melakukan MCU di Trakindo doakan dapat hasil yang baik, yaaa
Pak Saef ini saya Haris , siswa yang pak Saef bina di SMKN 6 Samarinda TAB COOP , Sebentar lagi saya akan melakukan MCU di Trakindo , doakan mendapatkan hasil yang Baik yaaa
Pak Saef ini saya Haris , siswa yang pak Saef bina di SMKN 6 Samarinda TAB COOP , Sebentar lagi saya akan melakukan MCU di Trakindo , doakan mendapatkan hasil yang Baik yaaa
Post a Comment