Beberapa hari yang lalu ketika lagi asyik berselancar di facebook, gak sengaja lihat status salah satu teman kampus dulu. Dia buat status cukup panjang. Rupanya sedang buat status resensi sebuah film, judulnya "A Beautiful Mind". Dari jalan ceritanya (yang saya baca dari statusnya dia) agak bergenre scientific-mystery gitu. Yang saya baca, ada seorang ilmuwan bernama John Nash yang kemudian dapat nobel.
*********************************************
Sepekan lebih, kembali menggeluti aktivitas pekerjaan di kantor. Dan saatnya untuk me-refresh pikiran yang udah mulai jenuh. Dong! Mungkin malam ini, saya harus nonton film. Apa ya? Saya masih bingung. Sampai akhirnya, saya memutuskan untuk nonton film yang gak jadi ditonton pada acara nobar (nonton bareng) di kantor. Yaitu "A Beautiful Mind"
Malam harinya, setelah si kecil tidur semua, saya buka laptop. Colokin charger. Sambil duduk agak santai.
Poster film A Beatiful Mind (sumber :wikimedia) |
"Oiya nonton film ini aja, "A Beautiful Mind", pikir saya dalam hati. Saya cari-cari di harddisk, akhirnya ketemu film-nya. Langsung saya setel film-nya, eeh saya klik film-nya,hehe. Zaman sekarang film bukan di-setel, tapi di-klik karena berbentuk file softcopy.
Di menit-menit awal, muncul seorang lelaki bernama John Nash, ia salah satu penerima beasiswa Carnegie di Univ. Princeton. Kelihatan dari gerakan tubuhnya seperti kaku, anti-sosial dan kutu buku. Sampai kemudian film berlanjut, dia (John Nash) punya teman bernama Charles.
Singkat cerita, dia frustasi disaat teman-temannya yang lain sudah lulus doktor di Universitas Princeton, dia belum lulus. Padahal dia seorang matematikawan jenius. Namun ia punya pikiran yang berbeda dari orang kebanyakan. Ia berpendapat, belajar tak harus di bangku kuliah, namun bisa langsung dari kejadian alam sekitar. Karena hal inilah, di mata teman-temannya yang juga penerima beasiswa Carnegie, ia dianggap kurang "waras", sehingga sering dijadikan bahan ejekan. Sehingga kondisi ini membuat dia semakin mengisolir dirinya sendiri. Rupanya, karena ini juga dia belum bisa lulus meraih gelar doktor.
Singkat cerita, dia frustasi disaat teman-temannya yang lain sudah lulus doktor di Universitas Princeton, dia belum lulus. Padahal dia seorang matematikawan jenius. Namun ia punya pikiran yang berbeda dari orang kebanyakan. Ia berpendapat, belajar tak harus di bangku kuliah, namun bisa langsung dari kejadian alam sekitar. Karena hal inilah, di mata teman-temannya yang juga penerima beasiswa Carnegie, ia dianggap kurang "waras", sehingga sering dijadikan bahan ejekan. Sehingga kondisi ini membuat dia semakin mengisolir dirinya sendiri. Rupanya, karena ini juga dia belum bisa lulus meraih gelar doktor.
Namun, karena teman sekamarnya, Charles, ia akhirnya mampu bangkit dari frustasi itu. Kemudian dia mendapatkan kesempatan magang dalam rangka pembuatan tugas akhir doktornya di Wheeler Defense Lab MIT, miliknya Departemen Pertahanan US.
Pada saat yang bersamaan, dia diminta oleh Pentagon untuk memecahkan kode yang dikirim oleh tentara Rusia waktu itu. Dengan kecerdasan dan kejeniusan otaknya, kode tersebut berhasil ia pecahkan. Di Pentagon inilah, kemudian dia bertemu seorang bernama William Parcher. Dia memperkenalkan diri sebagai intelejen US.
Pada saat yang bersamaan, dia diminta oleh Pentagon untuk memecahkan kode yang dikirim oleh tentara Rusia waktu itu. Dengan kecerdasan dan kejeniusan otaknya, kode tersebut berhasil ia pecahkan. Di Pentagon inilah, kemudian dia bertemu seorang bernama William Parcher. Dia memperkenalkan diri sebagai intelejen US.
Oleh Parcher, Nash dijadikan mata-mata dan bertugas memecahkan kode-kode rahasia yang ada pada koran yang setiap harinya terbit. Setelah itu tugasnya mengirimkannya ke sebuah kotak surat di sebuah rumah. Untuk masuk ke rumah tersebut, harus memakai kunci rahasia, yaitu berupa sistem. Pada lengannya sudah di-implan kode bar yang hanya bisa dibaca oleh semacam blue ray untuk membuka pintu rumah tersebut. Hal ini dia kerjakan bertahun-tahun lamanya.
Oiya, saat itu dia sudah menikah, dengan salah seorang muridnya. Memang dia diminta mengajar di kelas mahasiswa, setelah terkenal karena memecahkan kode rahasia. Saat itulah dia mengenal perempuan yang kemudian menjadi istrinya.
Nah, sampai disini, saya masih belum menangkap pesan utama dari film ini. Dan saya masih belum berhasil menebak, film ini mengisahkan tentang apa sebenarnya.
Cerita berlanjut, Nash dimasukkan ke rumah sakit jiwa dan ketemu dengan dokter. Dokter tersebut menceritakan pada istrinya tentang penyakit yang diderita oleh Nash. Dokternya bahkan sempat bilang, "Penyakit neraka macam apa seperti ini".
Barulah saya sadar dan cukup terkejut! Ternyata film ini menceritakan seorang John Nash yang berjuang melawan penyakit hebat dan mengerikan bernama skizofrenia. Hingga Nash berhasil menemukan suatu rumusan ekonomi modern. Dan mengantarkannya mendapatkan penghargaan Nobel. Itu tebakan saya setelah sampai di adegan bertemu dengan dokter.
Cerita berlanjut, Nash dimasukkan ke rumah sakit jiwa dan ketemu dengan dokter. Dokter tersebut menceritakan pada istrinya tentang penyakit yang diderita oleh Nash. Dokternya bahkan sempat bilang, "Penyakit neraka macam apa seperti ini".
Barulah saya sadar dan cukup terkejut! Ternyata film ini menceritakan seorang John Nash yang berjuang melawan penyakit hebat dan mengerikan bernama skizofrenia. Hingga Nash berhasil menemukan suatu rumusan ekonomi modern. Dan mengantarkannya mendapatkan penghargaan Nobel. Itu tebakan saya setelah sampai di adegan bertemu dengan dokter.
Saya sontak langsung ambil HP dan search di google, dengan keyword skizofrenia, di tengah-tengah film yang masih berjalan/belum selesai. Sebetulnya kata ini cukup saya kenal, waktu SMA pernah baca dan ingat kata ini, tapi persisnya tentang penyakit apa, saya lupa.
_____________________________________________________________________
Berdasarkan hasil penelusuran wikipedia, skizofrenia merupakan penyakit gangguan mental yang ditandai dengan halusinasi, paranoid, dan pikiran yang sulit membedakan dunia nyata dengan khayalan. Penyakit ini disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya genetik, lingkungan, neurobiologis,psikologi, dan proses sosial.
Gejala yang dialami si penderita muncul dalam bentuk khayalan berlebihan, seperti mendengar suara-suara bisikan, gangguan bicara, dan pendengaran. Sampai saat ini penyakit ini diobati dengan memberikan obat antipsikotik. Namun ada juga yang menggunakan obat tipik.
___________________________________________________________________
Kembali ke film. Rupanya John Nash dan istrinya telah menyadari bahwa ia mengidap penyakit yang penuh dengan gangguan khayalan semata. Dalam hidupnya sebetulnya tidak ada yang namanya Charles, William Parcher, dan keponakannya Charles. Istrinya yang menemukan tempelan kertas di kantornya, bercoretkan garis-garis tak beraturan. Tertempel di dinding ruangannya, penuh. Istrinya diberitahu oleh rekan kerjanya Nash, yang kemudian membuat ia penasaran dengan pekerjaan suaminya.
Teka-teki pun mulai terbaca.
Nash dirawat oleh dokter psikiatri. Sampai kemudian pulang ke rumah lagi dan tidak bekerja. Ia harus minum obat secara rutin, namun ia hanya bertahan beberapa hari. Selebihnya dia buang. Kembali, ia ketahuan bermain dengan halusinasi seolah-olah sedang menjadi mata-mata untuk memecahkan kode Rusia yang diminta oleh Parcher. Istrinya menemukan tempelan kertas di gudang samping rumahnya.
Hingga akhirnya, Nash bertekad menyembuhkan penyakitnya tersebut secara alami. Tanpa bantuan obat. Ia meminta kepercayaan pada istrinya, untuk mendukungnya dalam pemulihan tanpa obat. Hari-harinya ia selingi dengan mengajar di kampus Princeton. Caranya berjalan seringkali diejek oleh mahasiswa kampus itu. Tapi ia cuek. Hingga menginjak usia 60-an lebih ia berhasil sembuh dari gangguan halusinasi dan khayalan. Ia kemudian mengajar di kampus Priceton. Sampai pada akhirnya, ia mampu memiliki komunitas diskusi, yang menunjukkan ia sudah sembuh dan sehat secara sosial.
Puncaknya, ia menerima penghargaan Nobel untuk kategori bidang ekonomi.
Catatan penulis:
Buku dan film ini merupakan pemenang Academy Award pada tahun 1994, diangkat dari kisah nyata, John Nash. Menurut penulis, rating film ini berada di angka 10 dari skala 10, berdasarkan penilaian skenario, latar tempat, akting, dan orisinalitas. Iyalah, orang ini pemenang Academy Award, hehehe. Emang keren banget film ini. Tapi kalau nggak sabar nontonnya dan kurang suka film bergenre scientific-mystery, gak bakal kuat nonton, karena mungkin bisa membosankan. Karena cerita di awal cukup banyak dramanya dan serasa gak jelas. Tapi setelah setengah jalan, baru deh klimaks certianya mulai muncul. Cerita romantismenya juga gak kalah keren, terutama pas di akhir, di saat Nash dapet penghargaan Nobel.
Salut buat pemeran utamanya, Russell Crowe. Top!
So, recommended buat ditonton!
0 comments:
Post a Comment