Musibah Sukhoi Superjet 100: Tuk direnungkan

dakwatuna.com - Resah aku bila mengingat mati…!
Perasaan itulah yang aku rasakan ketika mendengar berita dari media dalam negeri maupun luar negeri dan juga berita dalam radio dan televisi tentang jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 berpenumpang 45 termasuk 8 awaknya. Burung besi buatan Rusia itu menabrak tebing di Puncak Gunung Salak I yang memiliki ketinggian 2.211 meter di atas permukaan laut atau sekitar 7.253 kaki. Pesawat itu terhempas pada ketinggian 5.800 kaki (vivanews.com).
Ya Allah ampuni aku, ampuni juga mereka… ya Allah kasihanilah mereka, selamatkan mereka, hanya Engkau tempat meminta pertolongan , tidak ada yang lain…ya Allah bila memang saudara-saudaraku dalam kecelakaan itu sudah tiba saatnya Engkau panggil untuk kembali ke sisi-Mu dan menyudahi semua aktivitas di dunia, maka kembalikanlah mereka dengan mendapat ridha dan ampunan-Mu… begitu doaku dan harapanku untuk mereka saudara-saudaraku.
Seberat apapun musibah yang menimpa manusia dalam sebuah kecelakaan tabrakan Mobil misalnya, jika Allah belum berkehendak korban itu naas pada waktu kejadian, maka bersyukurlah dia akan selamat dan hikmahnya mungkin Allah masih berkenan untuk memberi kesempatan yang ke dua agar korban itu menjadi manusia yang lebih baik lagi dan ketika meninggalkan dunia dia dalam keadaan mendapat Ridha dan ampunan Allah SWT. Ada juga yang langsung meninggal di tempat kejadian…inna lillah wa inna ilaihi roji’uun.
Orang yang beriman harus percaya bahwa kematian itu benar adanya dan pasti setiap orang akan mengalaminya, seperti firman Allah SWT; yang artinya: “Tiap-tiap jiwa akan merasakan (pedihnya) mati…”  (Aali ‘Imraan: 185). Maka bagaimana mungkin, kita santai menghadapi kematian dan tidak ada upaya selalu mengingat mati yang pasti akan terjadi kepada setiap manusia. Kita juga jarang mengingat Allah dan meminta ampun kepada Allah padahal kesalahan itu dimana pun sengaja atau tidak sengaja akan terjadi , sudah selayaknya kita istighfar meminta ampun kepada-Nya setiap saat agar jika Malaikat Izroil pencabut nyawa itu datang tidak memberatkan sakaratul maut kita.
Ulama Ibnul Qayyim mengatakan “Orang yang paling cerdas adalah orang yang selalu mengingat kematian dan mempersiapkan kematiannya dengan matang”.

Detik-Detik Malaikat Izroil akan Mencabut Nyawa Manusia Paling Mulia di sisi Allah…
Astaghfirullah ampuni hamba ya Allah… orang yang belum mati, sudah pasti belum mengalami yang namanya sakaratul maut. Sekalipun dalam al Qur’an dan al Hadits banyak menggambarkan dan menjelaskan tentang Sakaratul Maut. Atau buku-buku yang di jual di Gramedia semua menggambarkan dan menjelaskan tentang Kematian, manusia tetap tak akan bisa merasakan sakaratul maut itu kecuali jika saatnya telah tiba. Pelajaran yang paling berharga tentang kematian sepanjang sejarah adalah masa akhir hidup Rasulullah. Dan tahukah Anda wahai saudara-saudaraku, bagaimana detik-detik menjelang sakaratul maut Rasulullah? Kita tahu beliau adalah manusia paling mulia, paling sempurna, dan terbebas dari kesalahan. Tetapi, beliau masih merasakan pedihnya yang namanya sakaratul maut.  Rasulullah terbaring lemas tak berdaya di atas pelepah kurma. Tibalah saatnya malakul maut (Izroil) datang dan Fatimah membukakan pintu untuknya, malaikat Jibril juga tengah bersiap-siap dari langit untuk turun ke bumi. Keadaan Rasulullah semakin melemah dan tambah melemah. Singkat kisah, setelah Rasul meminta kepada Jibril untuk menjelaskan apa hak-haknya di hadapan Allah? Dan meminta Jibril untuk mengabarkan nasib Umatnya setelah sepeninggal Rasulullah SAW? Setelah Jibril menjawab dua pertanyaan yang diminta oleh Rasulullah, Jibril berkata lagi” Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. “Perlahan ruh Rasulullah ditarik tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. “Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini.” Lirih Rasulullah mengaduh. Fatimah dan Ali tak kuasa mendengarnya, sedangkan Jibril membuang muka. “Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril? “Tanya Rasulullah lemas pada Malaikat pengantar wahyu itu. ” Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direnggut ajal,” kata Jibril sedih. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tak tertahankan lagi. “Ya Allah, dahsyat niat maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. “Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya; “peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah di antaramu.”  Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.“Ummatii, ummatii, ummatiii?” Dan akhirnya berakhir sudah masa hidup manusia paling mulia, manusia contoh seluruh Umat di jagat raya ini.
Ya Allah bagaimana mungkin aku melewati sakaratul maut yang mengerikan ini. Bagaimana tidak menyedihkan, bagaimana bisa kita berani menghadapi kematian dengan amal baik pas-pasan, sedangkan amal buruk lebih banyak. Rasulullah saja, manusia yang paling mulia di sisi Allah, terlepas dari segala kesalahan yang Ia perbuat, qudwah atau contoh bagi semua Makhluk di dunia ini masih merasakan beratnya sakaratul maut. Terbukti ketika ruh di tarik dari jasad, Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang, Rasulullah juga mengaduh dan memekik kesakitan sampai-sampai Jibril berpaling muka karena tidak tega melihat kekasih Allah kesakitan yang tiada taranya. Dari saking dahsyatnya sakaratul maut itu pula, Rasulullah tidak ingin Umatnya merasakan kepedihan yang sama. Subhanallah…aku sangat terharu. Dan menyesali diri ketika teringat ajaran Rasulullah yang terlewati karena lalai.
Kematian secara datang tiba-tiba tidak pandang bulu, semua mengalami, Rasulullah kekasih Allah, para sahabat, para tabi’in, ulama’, artis, actor, yang tua dan yang muda, da’i, orang baik dan orang buruk, pejabat atau rakyat biasa dan lain sebagainya. Bahkan saya dan kita semua akan mengalami yang namanya kematian.

Banyak Hikmah dari Kejadian Terjatuhnya Sukhoi…!
Masih belumkah peristiwa Sukhoi Super Jet 100 mengingatkan kita semua kepada kematian…? Dan masih banyak peristiwa-peristiwa di Indonesia yang terjadi kecelakaan di udara, di lautan dan di daratan yang bisa kita ambil Hikmahnya. Mari lunakkan hati keras kita. Renungkanlah, dan ambil pelajarannya bagaimana seandainya aku, kita yang berada di posisi menjadi penumpang pesawat naas itu. Apa yang bisa kita perbuat di saat situasi dan kondisi sudah tidak memihak kita untuk hidup. Kita hanya pasrah menunggu pertolongan Allah yang Maha dahsyat. Masihkah kita ingin berlama-lama dengan berbuat maksiat kepada Allah, tidak merasa malu di beri umur panjang…? Padahal kesempatan untuk bertaubat memperbaiki amal-amal buruk menjadi amal baik masih banyak waktu dan usia. Hentikan durhaka kepada orang tua, berbohong, meninggalkan shalat, berzina, minum khamr, menggunjing saudara kita, zhalim kepada manusia, membunuh, memakan harta anak yatim, tidak jujur, mencuri, juga hentikan korupsi bagi pejabat dan wakil rakyat memakan uang rakyat dan lain-lain. Itu semua hanya mempersulit sakaratul maut kita semua.
Coba bayangkan. Hantaman pesawat Sukhoi dengan tebing Gunung Salak benar-benar dahsyat! Karena dahsyatnya hantaman membuat pesawat terbakar, terlihat di area dinding tebing ada sisa-sisa bekas terbakar. Dan terlihat gundul pepohonan sekitar jatuhnya pesawat Sukhoi itu. Ini berita bisa di lihat (sindonews.com). Ampuni para penumpang Sukhoi ya Rabb…  Jadikanlah kecelakaan itu dan rasa sakit yang mereka alami penebus dosa mereka ya Allah dan terimalah mereka di sisi-Mu. Dan masukkanlah mereka ke surga.
Tidak seorang pun penumpang Sukhoi yang menduga bahwa kematian sedang mengintai mereka, bahkan kita pun tidak menduga. Sebelum pesawat lepas landas dari bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta, para penumpang sangat ceria dan bahagia tidak ada gurat kesedihan yang membuat wajah mereka mendung, mereka masih sempat berfoto-foto, dan keberadaan pesawat masih terdeteksi. Begitulah memang bila tiba saatnya, Allah SWT pasti memutuskan kapan manusia itu akan d ambil nyawanya oleh utusan-Nya Malaikatul Maut Izrail akan datang menjemput tepat pada waktu dan tempat yang telah ditentukan-Nya. Waktu dan tempat yang Allah tetapkan untuk datangnya kematian tidak akan pernah meleset dan salah sedikit pun. Silakan saja manusia membuat alat transportasi baik itu transportasi daratan, lautan dan udara, setelah itu buat misalnya pesawat yang sangat canggih anti gores, anti penyok, anti kebakaran, anti benturan dan tidak ada tandinganya di dunia ini. Lalu manusia merasa aman dengan perlindungan yang dimiliki oleh pesawat tersebut dan akan terhindar dari mara bahaya yang mengakibatkan kematian, sedangkan hati dan pikiran lupa kepada Allah yang Maha melindungi. Atau buat saja bangunan yang sangat kuat di jagat raya ini untuk menghindar dari kematian, bangunan itu anti rusak, anti banjir, anti gempa, anti tsunami dll. Ingat…! Semua itu tidak akan membuat keputusan Allah salah atau meleset ataupun berubah. Kematian itu akan tetap datang walaupun tanpa persetujuan manusia.
Allah berfirman; “Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun” (Al A’raf: 34)
“Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan dikerjakannya esok, dan tidak seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati….” (Al Luqman: 34)
Saya yakin orang yang mengaku Islam pasti paham apa maksud ayat tersebut.

Ke mana Kita Hendak Lari…?
Pada kenyataannya kematian tidak bisa kita hindari, manusia tidak akan sanggup karena tidak seorang pun yang tahu rahasia Allah tentang kematian itu dan hal itu sangat misteri. Kematian itu sudah fitrah manusia karena setiap yang hidup pasti mati. Allah hanya mengingatkan bahwa setiap jiwa akan mengalami yang namanya kematian, di mana saja kita berada di dalam negeri atau di luar negeri, di rumah atau di dalam rumah, di daratan atau di lautan. Tidak ada satu tempat pun yang bisa melindungi kita dari kematian. Kematian akan selalu bersama kita, hanya Rahmat Allah yang akan mengubah ketetapan. Allah berfirman; “Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun” (Al A’raf: 34)
Kata Allah tidak akan rugi orang yang beriman dan berbuat kebaikan, saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran. Hal itu semua akan memberatkan timbangan amal baik kita di yaumul hisab atau hari perhitungan tentunya dengan melewati kematian dahulu. Kita semua berharap sakaratul maut yang akan kita alami nanti mudah dan tidak terlalu pedih karena Rasulullah saja merasakan sakitnya Sakaratul maut.
Mari perbanyak amal shalih (baik) dari sekarang, mumpung nyawa masih di kandung badan. Bila kematian telah tiba saatnya sudah tidak lagi negosiasi atau tawar menawar agar di tunda waktu kematian, tidak ada lagi kesempatan memperbaiki amal dan bertaubat, semua sudah terlambat karena nyawa sudah berada dalam ujung tenggorokan. Perbanyaklah istighfar kepada Allah, hanya rahmat Allah yang akan menolong kita dari buruknya sakaratul maut. Dan semoga kita selalu di lindungi oleh Allah SWT ke manapun kita pergi dan kapanpun kita pergi. Aamiin…
Semoga tulisan ini bermanfaat untuk bekal menuju kematian yang akan datang secara tiba-tiba. Dan semoga Allah mengampuni kita semua baik di dunia maupun di akhirat.
Mari konsep hidup kita dengan baik, sesuai apa yang telah Allah tuliskan dalam Kitabnya dan seperti perbuatan yang Rasulullah contohkan. Agar kita sukses menjadi hamba Allah yang cinta dunia untuk bekal akhirat. Dan agar kita bisa mengakhiri hidup ini dengan Khusnul Khatimah.
Wallahua’lam bis showaab.

Sumber: 
Share on Google Plus

About Muhamad Saepudin

Saya hanyalah seorang penikmat blog dan pembelajar kehidupan. Semoga pembelajaran kehidupanku bisa bermanfaat bagi para pembaca sekalian. Selamat membaca dan belajar dari kehidupan.

0 comments: