Merawat Eksistensi Kepemimpinan




“Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu melahirkan pemimpin yang lebih baik dari dirinya”

 Dunia beserta segala isinya bersifat fana. Suatu saat akan lenyap oleh takdir dari-Nya. Hilang beserta semua yang pernah terkandung di dalamnya. Begitu juga dengan manusia. Fisiknya suatu saat akan ambruk ditelan tanah dan dimakan cacing hingga tak bersisa. Tak ada lagi yang bisa dilakukan pada hari itu. Semua manusia tak ada yang bisa melawan, satu pun jua.
 
leaders, pemimpin, kepemimpinan
leaders create leaders. sumber : pinterest
Namun, akan ada yang bersifat abadi dalam “genggaman”-Nya. Yakni amal manusia, baik itu amal baik maupun amal buruk. Kelak semuanya akan dibawa menuju fase setelah dunia. Yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Maka, seorang pemimpin seharusnya tahu dan yakin akan hal ini. Sehingga ia akan menjadi pemimpin yang bisa mempertanggungjawabkan semua ucapan dan perbuatannya ketika ia sedang memimpin. Ia akan jadi pemimpin yang ‘berpikir’ sebelum ‘bertindak’ dan pemimpin yang ‘merasa’ sebelum ‘berbuat’. Pertanggungjawaban yang akan diminta saat di dunia maupun di akhirat.
Mengurai lebih dalam soal tanggung jawab pemimpin, kita akan dapati satu hal yang juga sangat penting dan mendesak, yakni regenerasi pemimpin. Dan ini termasuk salah satu bentuk tanggung jawab pemimpin yang juga bisa dipertanyakan oleh orang-orang yang dipimpinnya. Kebanyakan kita sudah sangat paham bahwa bicara pemimpin adalah bicara soal pengaruh dan karya. Kebanyakan orang (baca:pemimpin) telah mencapai level itu. Dia memiliki pengaruh kuat dan mempunyai karya yang dirasakan oleh publik yang dipimpinnya. Namun tak sedikit yang melewatkan waktu untuk memastikan pengaruh baik dan karya hebat-nya tetap bisa berlanjut dan masih bisa dirasakan publik setelah ia tak lagi memimpin. Terlebih untuk melahirkan pemimpin dengan pengaruh yang lebih luas dan karya yang lebih hebat dari dirinya. Disinilah letak urgensi regenerasi pemimpin.
Erie Sudewo dalam buku Character Building memaparkan bahwa tanggung jawab pertama pemimpin adalah menentukan sikap yang akan dilakukan dan tanggung jawab terakhir pemimpin adalah melihat apa yang telah ditinggalkan apakah manfaat atau mudharat. Tentu kita sepakat, manfaat-lah yang diharap. Jika pemimpin telah lahirkan manfaat yang baik dan luas, tugas berikutnya mempertahankan kebermanfaatan tersebut, bahkan meningkatkan agar lebih baik dan lebih luas lagi. Cara yang efektif untuk ditempuh adalah dengan melakukan kaderisasi pemimpin. Sebagaimana yang telah dipraktekkan oleh Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyidin.
Bila kita buka Sirah Nabawiyah, sebelum Rasulullah wafat, beliau telah mewasiatkan kepada umat Islam waktu itu, bahwa yang akan melanjutkan kepemimpinan sepeninggal Rasulullah adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Yang telah ia bina dan gembleng sejak awal. Termasuk lima orang yang pertama memeluk Islam, setelah Khadijah sang istri dan Ali. Abu Bakar sendiri telah melewati proses kaderisasi panjang di bawah binaan Rasulullah. Ia yang kemudian dengan lantang menyebut semua perkataan Rasulullah adalah benar, sehingga gelar Ash-Shiddiq disematkan padanya. Ia berjuang sepenuh jiwa dan raga untuk dakwah Rasulullah. Selalu ada di samping Rasulullah dalam perjuangan menyebarluaskan ajaran Islam. Dan banyak kontribusi Abu Bakar lainnya hingga kita akan yakin dan sepakat bahwa ia merupakan orang yang cocok dan tepat meneruskan perjuangan Rasulullah SAW. Sehingga bukan tanpa dasar Rasulullah mengangkat Abu Bakar sebagai penggantinya. Dan hari ini kita bisa merasakan sendiri, cahaya Islam telah sampai kepada kita yang berjarak 1400-an tahun jauhnya dari Rasulullah. Semua berawal dari proses regenerasi pemimpin yang dilakukan Rasulullah. 
Berdasarkan apa yang dilakukan Rasulullah, kesadaran untuk melakukan kaderisasi pemimpin diyakini semakin penting dan mendesak. Ini yang membuat John C. Maxwell pun dalam bukunya yang berjudul Developing the Leaders Around You menulis bahwa tanggung jawab utama seorang leader (pemimpin) adalah mengidentifikasi pemimpin potensial. Seorang pemimpin yang memunculkan pengikut akan dibatasi oleh jangkauan sentuhan kepemimpinannya. Kesuksesannya memimpin berakhir ketika ia tidak menjadi pemimpin. Maka, pemimpin yang mampu melahirkan pemimpin baru akan mempertahankan eksistensi kepemimpinannya. Bahkan ia dan organisasi (baca:publik) yang dipimpinnya akan tetap memiliki masa depan cemerlang. Karena tetap memiliki pemimpin yang telah dibentuk. Terlebih jika pemimpin baru tersebut lebih baik dari pemimpin sebelumnya. Maka pemimpin yang mampu melahirkan pemimpin baru yang lebih baik dari dirinya, dialah sebaik-baik pemimpin.
Share on Google Plus

About Muhamad Saepudin

Saya hanyalah seorang penikmat blog dan pembelajar kehidupan. Semoga pembelajaran kehidupanku bisa bermanfaat bagi para pembaca sekalian. Selamat membaca dan belajar dari kehidupan.

0 comments: