Insiden Vas Bunga di Perpustakaan Provinsi Kaltim

Beberapa hari terakhir ini istri saya sedang sibuk-sibuknya dengan job buku antologi keduanya. Buku antologi pertamanya yang berjudul "Love Story of Birthing", yang sukses menembus angka 300 eksemplar lebih. Untuk buku yang terbilang perdana bagi seorang penulis, bisa menembus angka 300 eksemplar lebih dalam watu tidak lebih dari 1 bulan sudah luar biasa. Dan sampai sekarang masih dibanjiri pesanan. Terutama dari kalangan ibu-ibu, karena memang buku Love Story of Birthing bercerita tentang perjuangan seorang ibu selama hamil dan menjelang kelahiran buah hatinya. Dan katanya buku antologi ke-2 ini diprediksi lebih sukses lagi menggaet pelanggan atau para pecinta buku. Ditunggu aja ya. Ssssttt...bocoran saja, perkiraan bulan Mei sudah release ke pasaran. 

Kemarin sore, sepulang dari kerja saya mengajak istri ke perpustakaan. 
"Ke perpus yuk...!"

"Yuk, sekalian mau buat naskah. Nanti bawa mukena biar bisa lebih lama di sana." Timpal istri.

Awalnya saya mengajak kesana supaya Maahirah dan Ahsan bisa main. Namun karena istri lagi menggarap buku, sontak dia langsung sepakat. Karena kalau di rumah kadang kurang fokus dengan anak-anak. Kalau di perpustakaan anak-anak bisa main, sementara dia bisa ngerjain naskah. 

Akhirnya kami pun berangkat menuju ke perpustakaan provinsi yang terletak di Jl. Juanda, Samarinda. Kira-kira membutuhkan waktu sekitar 20 menit dari rumah. Saya bepergian kemana-mana selalu ditemani si Blinc. Si Blinc (Black Inc[RED]ible) ini telah menemani saya kemanapun. Yang terjauh pernah dibawa dari Samarinda ke Bontang.

Sesampainya di perpustakaan kami langsung masuk ke ruang baca khusus anak-anak. Di ruang baca anak-anak ini settingan ruangannya dibuat sedemikian rupa agar anak-anak nyaman. Ada kursi melingkar. Ada kursi dengan meja memanjang. Ada mainan perosotan. Yang pasti ruangannya ber-AC. Di perpustakaan ini sendiri ada ruang digital dan ruang baca anak di lantai 1, ruang baca dan koleksi buku-buku umum di lantai 2, ruang baca dan koleksi skripsi dan koran di lantai 3. Ada juga ruang baca yang berisikan koran atau majalah.

Saya langsung buka laptop dan istri juga sibuk dengan menulis naskah. Si kecil Ahsan berguling-guling main di lantai empuk. Rasanya beberapa kali kesini, Ahsan senang karena empuk lantainya. Sementara kakaknya nimbrung saya, kalau saya buka laptop dia biasanya langsung nyerobot pengen nonton film Upin. Tapi nimbrungnya cuma sebentar, setelahnya Maahirah langsung main perosotan.

Insiden vas bunga ini pun berawal.
Saat kami sedang asyik dengan apa yang dilakukan, namun tetap mengawasi anak-anak, tiba-tiba Maahirah ngambilin vas bunga yang ada diatas meja. Mata saya langsung tertuju ke Maahirah dan saya ingatkan jangan dimainin. Khawatir rusak atau pecah. Karena hanya memindahkan saja, saya biarkan dan maklumi. Namanya juga anak-anak, biar nanti saja saya bereskan kalau sudah selesai. 

Nggak berselang lama, saya kaget tiba-tiba ada ibu-ibu masuk ke ruangan dan langsung nanya dengan sinis.

"Ini anaknya siapa mas?"tanyanya
"Anak saya," jawab saya.
"Kenapa dibiarkan mainin vas bunga?Apa memang sengaja untuk mainan?"celotehnya lagi dengan sinisnya.

Saya kaget ternyata saat saya lihat beberapa bunga plastik sudah dikeluarkan semua dari 3 vas bunga yang ada. Waduuuuh, masalah nih. Tapi saya langsung segera mengingatkan anak saya untuk menghentikan bermain vas bunga. 

Saya agak kesal karena bahasa dan cara menyampaikan ibu pegawai perpustakaan tersebut tidak mencerminkan etika yang baik. Dalam hati kecil saya, saya akui saya salah karena sedikit kecolongan dalam mengawasi anak saya saat memainkan vas bunga.

Segera langsung saya bereskan dan rapikan semuanya. Tak banyak berkata-kata. Saya masukkan tiap tangkai bunga plastik dan bunganya ke dalam vas.

Eh...belum selesai saya membereskan vas bunganya, terdengar lagi, "Nah tuh anaknya naik ke meja, nanti jatoh". 

Terdengar ibu tadi bicara dari arah pintu saat hendak keluar ruangan. Saya toleh Maahirah, dia naik ke meja. Langsung saya minta istri saya untuk menurunkannya.
________________________________________

Catatan Saya : Perbaiki Komunikasi dan Service Excellent

Saya sangat menyayangkan cara ibu pegawai perpustakaan Kalimantan Timur tersebut menegur kami selaku orang tua. Prinsip saya, saat anak saya sedang bermain, selama tidak sampai merusak fasilitas umum, saya pikir sah-sah saja. Dunia anak memang dunia bermain. Kecuali jika memang dikhawatirkan bisa merusak fasilitas, maka harus diingatkan. Baik si anak itu sendiri ataupun orang tua yang mengawasi. Namun caranya pun harus tepat dan beretika. Bukan dengan bahasa yang sinis dan menghakimi. 

Pada dasarnya saat seseorang melakukan sesuatu yang dianggap salah, dia tidak akan senang jika dikata-katain salah. Sekalipun dia dalam hatinya mengakui bahwa perbuatannya salah. Ini terkait cara menyampaikan atau komunikasi.

Namun saat seseorang melakukan perbuatan yang dianggap salah, saya yakin dia akan menerima dengan lapang dada jika diingatkan dengan cara baik-baik. 

Jika ibu tersebut bilang seperti ini misalnya "Waduh Nak, asyik banget mainnya. Tapi yang ini nggak boleh dimainkan ya, nanti rusak. Nggak boleh ya sayang. Itu mendingan naik perosotan (atau mainan yang lain)". Kan terdengarnya lebih enak di telinga. Orang tua manapun kalau anaknya diperlakukan seperti itu otomatis dengan sendirinya akan mengingatkan dan mengawasi anaknya agar tidak memainkan barang tersebut. 

Lantas setelah itu, bisa dilanjutkan mengingatkan kepada orang tua si anak. Dan menyampaikan dengan baik-baik. Misalnya "Bu/Bapak/Mas/Mba, tolong diawasi ya anaknya. Agar fasilitas disini tidak dimainkan, khawatir rusak. Karena jika rusak, ibu sendiri yang akan kena akibatnya yaitu harus mengganti." 

Lihat, hasilnya akan berbeda. Coba jika kita berada di posisi selaku orang tua, pasti akan merasa tidak dihakimi dan langsung mengerti. Dan tujuannya si ibu pegawai tadi tetap tercapai, menyampaikan pesan kepada orang tua agar selalu mengawasi saat anak-anaknya bermain.

Sekali lagi ini tentang komunikasi. Yang merupakan cerminan dari karakter atau kepribadian seseorang. Selain sebagai cerminan pribadi bisa juga menjadi cerminan organisasi. Jika seorang pegawai berbuat seperti ibu diatas maka bisa jadi cerminan organisasi dimana dia bekerja. Untuk kasus saya ini, ibu tersebut menjadi cerminan perpustakaan provinsi Kalimantan Timur. Namun saat tidak di lingkungan kerja, maka membawa nama pribadi. Maka berhati-hatilah dalam berucap karena akan berpengaruh kepada diri secara pribadi maupun organisasi atau kantor dimana kita bekerja.

Pesan saya untuk ibu pegawai Perpustakaan Provinsi Kaltim, alangkah baiknya jika ke depannya belajar untuk menyampaikan dengan komunikasi yang santun dalam bertutur kata maupun dalam menegur pengunjung yang dianggap melakukan perbuatan melanggar peraturan yang sifatnya tertulis maupun tidak tertulis. Karena sebagai pegawai perpustakaan akan berefek kepada baik atau buruknya nama perpustakaan di depan publik atau masyarkat. Di perusahaan-perusahaan besar dan modern dikenal dengan istilah Customer Service Excellent, bahkan sekarang pun istilah ini sudah merambah di dunia pemerintahan. Dan bagi pimpinan Badan Perpustakaan Provinsi Kalimantan Timur, saya menyarankan agar karyawan Bapak/Ibu diberikan pelatihan tentang komunikasi dan Customer Service Excellent. Ini semata-mata sebuah harapan dari saya sebagai warga yang juga sekaligus menjadi pengunjung setia perpustakaan provinsi ini. Agar bisa lebih baik lagi dalam pelayanan publik. Bagaimana mau menarik masyarakat agar ramai membaca dan berkunjung ke perpustakaan jika tidak dilayani dengan baik?

Share on Google Plus

About Muhamad Saepudin

Saya hanyalah seorang penikmat blog dan pembelajar kehidupan. Semoga pembelajaran kehidupanku bisa bermanfaat bagi para pembaca sekalian. Selamat membaca dan belajar dari kehidupan.

5 comments:

Woro Nur said...

"Kenapa dibiarkan mainin vas bunga? Apa memang sengaja untuk mainan?"
celotehnya lagi dengan sinisnya.

* * * * *

Lhaaa namanya anak2 jika tertarik mengambil yg disukainya .. ya memang untuk MAINAN.

SETUJU mas, utk menerapkan SANTUN dalam lisan dan perilaku.
Teguran yg santun akan TEPAT mengena efektif, tidak meninggalkan perasaan "kecut".

Semoga menjadi pelajaran baik bagi kita semua.

Ayo 'nak lanjuuutkan mainnya, hati-hati sayang ... :)

Muhamad Saepudin said...

Betul mba. Pelajaran berharga...

Unknown said...

Terimakasih atas kunjungannya serta saran kepada Badan Perpustakaan Prov. Kaltim.
Dalam postingan yang bapak buat akan kami tindaklanjuti dengan evaluasi pelayanan petugas kepada pengunjung/pemustaka. Mohon maaf apabila ada sikap petugas yang kurang pas dan mohon terus berikan masukan atas kinerja layanan Badan Perpustakaan Prov. Kaltim milik kita bersama ini semakin baik dari waktu ke waktu.

Salam.

Unknown said...

Terimakasih atas kunjungannya serta saran kepada Badan Perpustakaan Prov. Kaltim.
Dalam postingan yang bapak buat akan kami tindaklanjuti dengan evaluasi pelayanan petugas kepada pengunjung/pemustaka. Mohon maaf apabila ada sikap petugas yang kurang pas dan mohon terus berikan masukan atas kinerja layanan Badan Perpustakaan Prov. Kaltim milik kita bersama ini semakin baik dari waktu ke waktu.

Salam.

Muhamad Saepudin said...

Sama-sama. Terima kasih atas itikad baiknya untuk melakukan perbaikan atas pelayanan publik. Semoga Badan Perpustakaan Prov. Kaltim terus jadi lebih baik.


Salam