Menikah : Mitsaqan Gholiza #2

Perlahan saat diucapkan sebuah kalimat yang sakral, hatiku berdegup kencang, mataku tak kuasa untuk menahan linangan air mata, tanganku pun bergetar, semua terjadi karena beratnya amanah ini. Kalimat ijab ini merupakan salah satu yang disebut-sebut dengan "mitsaqan gholiza", perjanjian yang sangat berat. Allah menyebut pernikahan sebagai mitsaqan ghaliza, perjanjian yang sangat berat. Hanya 3 kali istilah ini dipergunakan dalam Al-Quran, yakni untuk menyebut perjanjian Allah dengan bani Israil, yang untuk itu Allah mengangkat bukit Thursina, perjanjian Allah dengan Ulul Azmi, Nabi-nabi pilihan di antara para Nabi, dan perjanjian pernikahan ini atau lazim disebut akad nikah. Perjanjian antara dua manusia dengan Allah Sang Maha Pencipta.

Begitu beratnya perjanjian, sehingga Nabi mewasiatkan kepada kita di saat-saat terakhir hidupnya agar memperhatikan amanah ini. Ijab qabul yang harus diucapkan oleh seorang calon mempelai pria muslim, tatkala ia sudah bertekad mantap untuk memperistri perempuan yang kelak menjadi pendamping hidupnya. Begitu juga, aku mengucapkan kalimat tersebut.

"Saya terima nikahnya Mega Dewana Putri dengan wali bapak hakim dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai!" ucapku mantap. Walaupun saya agak khawatir tidak bisa menyelesaikan mengucapkan kalimat itu secara lengkap, karena saya sangat sadar kalimatnya lebih panjang dari ijab qabul yang biasanya. Karena dalam akad nikah kami, menggunakan wali hakim bukan wali nasab sehingga berbeda konten ijab dan qabulnya.

Saat ijab qabul diucapkan, serasa dunia ini ada di atas pundak, seakan-akan gunung yang tinggi menjulang berdiri kokoh di atas pundak, seolah-olah semuanya menjadi saksi atas ijab qabul yang kuucapkan. Memang saya merasakan begitu beratnya ketika semua kewajiban seorang ayah atas putrinya beralih pada pundak saya yang akan menjadi suaminya, sebagai imamnya. Jadi, memang betul-betul inilah alasan kenapa disebut mitsaqan ghaliza. 

Semoga Allah memberikan kekuatan dan keberkahan pada setiap waktu dalam menjalani rumah tangga kami. Aamiin.
Share on Google Plus

About Muhamad Saepudin

Saya hanyalah seorang penikmat blog dan pembelajar kehidupan. Semoga pembelajaran kehidupanku bisa bermanfaat bagi para pembaca sekalian. Selamat membaca dan belajar dari kehidupan.

0 comments: