Masih sangat kuat membekas dalam ingatan kita, kejadian kebakaran hutan yang tersebar di beberapa titik pulau Sumatera dan Kalimantan. Akibatnya asap menyelimuti sebagian besar daerah yang dekat dengan titik api, warga pun jadi korban. Ibu-ibu hamil terancam, karena janin yang dikandungnya akan tumbuh tidak sehat. Bayi dan balita banyak yang jadi korban, hingga merenggut nyawa. Sebagian besar warga yang daerahnya dinyatakan #DaruratAsap, mengalami penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Mengkhawatirkan. Sungguh kejam para mafia dan oknum yang ada dibalik pembakaran hutan ini. Jika pun dinyatakan legal secara sah karena ada peraturan dari daerah setempat tentang pembakaran hutan untuk pembukaan lahan, akal sehat tidak akan pernah menerima perbuatan ini, setelah kita melihat dan menyaksikan sendiri dampak yang diterima oleh warga sekitar. Tak berperikemanusiaan, sungguh!
Bagaimana tidak! Ada seorang bayi yang sampai meninggal karena asap. Ribuan orang tak berdosa terancam penyakit ISPA sampai berbulan-bulan. Dan ini ternyata bukan hanya sekali ini saja, sebelumnya pernah terjadi.
Peristiwa ini (baca: musibah) telah mengundang perhatian para ahli baik nasional maupun internasional. Berbagai pakar lingkungan hidup nasional banyak yang angkat bicara. Mulai dari yang mengkritik kerja pemerintah yang tidak becus sampai yang mengusulkan beberapa solusi untuk mengakhiri bencana nasional ini dan agar tidak terjadi di kehidupan mendatang.
Terakhir saya dengar dan simak di televisi, masih dilakukan proses persidangan terhadap beberapa oknum dari perusahaan-perusahaan yang diduga menjadi pelaku pembakaran hutan ini. Tapi sekarang, apa kabarnya? Entahlah, seperti hilang begitu saja. Semoga proses hukum bisa berjalan, dan pelakunya dihukum seadil-adilnya. Jika pun pelaku lolos dari persidangan dunia, persidangan dari Yang Maha Adil akan membuka sejelas-jelasnya. Hal ini juga berlaku untuk para pelaku kejahatan yang lain seperti korupsi, pencuri, mafia, dll. Di dunia mungkin bisa terhindar dari hukum manusia, tapi di akhirat mau sembunyi kemana dan dimana?
_____________________________________________
Meskipun kalau sekarang bicara tentang hal ini terkesan kurang pas, karena sudah tidak aktual, informasi dan peristiwa hebat ini harus jadi pelajaran berharga bagi kita. Oleh karena itu, seyogyanya semua kalangan dan semua bidang terkait, bisa mengambil pelajaran untuk perbaikan ke depan.
Nah buat kita, sebagai seorang warga, ada beberapa hal penting untuk diketahui bersama terkait periswa kemarin. Apa itu?
Polusi Udara, Pembunuh Keempat Terbesar di Dunia
Jadi, menurut penelitian yang dilakukan oleh University of British Columbia, dipresentasikan pada hari Jumat, 12 Februari 2016 pada pertemuan tahunan American Association for the Advancement of Science (AAAS), sebanyak 5,5 juta penduduk dunia meninggal per tahunnya yang disebabkan oleh buruknya kualitas udara. Fakta lain menyatakan, lebih dari setengahnya merupakan warga China dan India. Adapun penelitian tentang polusi dara ini dilakukan para peneliti dari University of British Columbia, yang mana melanjutkan studi yang telah dilakukan oleh Global Burden of Disease bekerja sama dengan Institue for Health Metrics and Evaluation (IHME) University of Washington, tentang pengukuran tingkat kesehatan dan resikonya termasuk polusi udara. Penelitian ini dilakukan antara tahun 1990 dan 2013. [sumber: www.sciencedaily.com/releases/2016/02/160212140912.htm]Infografis Global Burden of Air Pollution (ScienceDaily.Com) |
Bayangkan! 5,5 juta per tahun nyawa melayang karena polusi udara.
Mungkin jika dilakukan hingga tahun 2015 kemarin, Indonesia akan menjadi salah satu penyumbang besar angka kematian pada studi penelitian ini. Pasalnya peristiwa kebakaran hutan yang terjadi kemarin, telah mempengaruhi kondisi kualitas udara di Indonesia bahkan hingga ke negara tetangga.
Professor Michael Brauer dari Univesity of Columbia menyatakan, polusi udara telah menjadi faktor penyebab kematian tertinggi di dunia. Dimana faktor penyebab kematian tertinggi di dunia secara berurutan yaitu pertama tekanan darah tinggi, kedua diet berisiko, dan ketiga rokok.
Menyeramkan bukan?
Oleh karena itu, mulai saat ini kita harus lebih memperhatikan kondisi udara yang ada di sekitar kita. Agar kesehatan kita tetap terjaga. Kita bisa melakukan beberapa hal sebagai pencegahan, seperti:
Akhir kata, kita semua berharap semoga negara Indonesia dimana kita tinggal, terhindar dari bencana asap di masa yang akan datang. Dan kita bisa mendapatkan udara bersih setiap hari sehingga kita semua bisa hidup sehat dan sejahtera.
Menyeramkan bukan?
Oleh karena itu, mulai saat ini kita harus lebih memperhatikan kondisi udara yang ada di sekitar kita. Agar kesehatan kita tetap terjaga. Kita bisa melakukan beberapa hal sebagai pencegahan, seperti:
- Memastikan udara di dalam rumah dan sekitar rumah dalam kondisi bersih. Caranya dengan membersihkan ventilasi udara, memastikan sirkulasi udara berjalan dengan baik, dan mengatur ruang-ruang di rumah agar terkena udara baru.
- Pastikan selalu memakai masker saat berkendara dengan sepeda motor di jalanan. Setidaknya meminimalisir masuknya asap dan udara kotor ke dalam tubuh kita
- Melakukan olahraga secara berkala, terutama untuk olahraga yang bisa membantu menyuplay oksigen yang bersih dan membersihkan saluran pernapasan, seperti jogging di pagi hari, berenang, dll.
- Melakukan medical check up 1 kali per tahun
- Membersihkan saluran hidung dengan menghirup air ke lubang hidung. Untuk yang muslim, mungkin sudah terbiasa, saat berwudhu. Saat air masuk ke lubang hidung, akan membersihkan rongga-rongga hidung.
- Mengecek kondisi asap kendaraan pribadi, jangan sampai asap yang ditimbulkan oleh motor atau mobil menyebabkan polusi udara yang berlebihan
- Menyebarkan informasi tentang bahaya polusi udara bagi keluarga dan rekan terdekat, agar ikut menjaga diri dari udara kotor
Akhir kata, kita semua berharap semoga negara Indonesia dimana kita tinggal, terhindar dari bencana asap di masa yang akan datang. Dan kita bisa mendapatkan udara bersih setiap hari sehingga kita semua bisa hidup sehat dan sejahtera.
0 comments:
Post a Comment