Astaghfirullah, saya pernah masuk anggota "GAFATAR"

Heboh dan Hot. Itu mungkin 2 kata yang cukup untuk mewakili peristiwa-peristiwa yang sering terjadi, lalu membuat orang-orang jadi ramai dan penasaran untuk mencari tahu kejadian atau hal tersebut. Cerita berawal pada awal bulan Januari 2016, dimana masyarakat Indonesia dihebohkan dengan hilangnya seorang dokter cantik yang akhirnya ditemukan. Juga beberapa warga di daerah Yogya yang dilaporkan hilang entah kemana. Hingga banyak keluarga yang was-was jika keluarganya yang hilang, bergabung dengan organisasi GAFATAR.

GAFATAR atau Gerakan Fajar Nusantara merupakan organisasi hasil metamorfosis dari Al-Qiyadah Islamiyah yang didirikan pada tahun 2007 oleh Ahmad Mushadeq, yang juga mengaku nabi. Padahal dalam Islam, tidak ada nabi setelah Muhammad SAW. Paham GAFATAR sedang dikaji oleh pihak kepolisian atas tuduhan penistaan agama atau diduga sesat. Yakni terkait sebuah paham bahwa GAFATAR menyatukan sejumlah agama menjadi satu kepercayaan.

Isu ini berpuncak dengan pembakaran mess Gafatar di Mempawah, Kalimantan Barat. Sehingga, untuk mengamankan kondisi ini, pemerintah akhirnya memulangkan warga eks-GAFATAR ke daerah asalnya. Di berbagai televisi disiarkan, beberapa eks-pengikut GAFATAR diminta untuk mengucapkan lagi dua kalimat syahadat dengan dibimbing oleh pihak MUI setempat.

Oke, jika suatu kepercayaan bertentangan dengan ajaran Islam, berarti mutlak namanya sesat dan tidak boleh diikuti. Tapi, tidakkah kita sadar, sebenarnya paham "GAFATAR" (baca: GAPATAR) sudah merasuk dalam diri kita sejak lama. Dan mungkin sampai sekarang, beberapa dari kita masih memiliki itu dan masih bersemayam kuat dalam dada. Jujur saja, saya pernah "masuk" dan menjadi bagian komunitas GAFATAR. Astaghfirullah. Tapi sekarang saya benci Gafatar. Serius.
gapatar gerakan apa-apa ntar

Sebentar dulu, jangan salah faham (eeh paham maksudnya...), GAFATAR (baca: GAPATAR) yang dimaksud adalah "Gerakan APA-apa nTAR". Bahasa kerennya yang agak kebarat-baratan dikenal procrastination. Meskipun istilah lebih keren dan western gitu, tetap aja ini hal yang kurang baik. Procrastination atau kebiasaan menunda-nunda pekerjaan merupakan kebiasaan yang kurang baik. Apa aja akibat buruk dari menunda-nunda? Simak ulasan sederhana dari saya di bawah ini.
  • Jika Anda seorang karyawan. Ada pekerjaan yang harusnya bisa selesai 1 hari, karena ditunda-tunda, akhirnya bisa molor sampai 2 atau 3 hari. Akibatnya, seharusnya di hari kedua beralih ke pekerjaan kedua, karena ditunda-tunda akhirnya masih berkutat dengan pekerjaan pertama. Dan ini akan menimbulkan efek domino, means jadwal pekerjaan seterusnya jadi molor. So, secara bisnis, Anda sudah membuat uang perusahaan terbuang sia-sia begitu saja. Bahasa sederhananya, perusahaan rugi. Ya karena sebagai karyawan digaji oleh perusahaan untuk melakukan kerja yang harus memperhitungkan waktu. Lebih buruknya lagi, jika tercium oleh atasan, bukan tidak mungkin akan didepak dari perusahaan. Karena umumnya prinsip perusahaan, jika seseorang tidak mampu bekerja dengan baik, maka perusahaan tidak lagi membutuhkan karyawan tersebut, yang terhitung tidak mampu bekerja sesuai keinginan perusahaan.
  • Kalau Anda seorang pengusaha atau entrepreneur, sikap menunda-nunda bisa menjadi iblis yang berbahaya. Target mingguan bisa jadi terlambat dicapai, atau meleset. Harusnya minggu ini bisa menjual 1000 pcs, karena ditunda-tunda hanya bisa laku 500. Lalu ujung-ujungnya berimbas pada pendapatan bulanan. Ingat pepatah Barat, Time is money. Terdengar materialistis sih, tapi poinnya adalah bahwa waktu itu sangatlah berharga.
  • Kalau kamu seorang mahasiswa, menunda-nunda skripsi bisa membuat kamu jadi mahasiswa abadi. Ya, skripsi. Di fase inilah banyak mahasiswa yang terjangkit virus GAFATAR. Termasuk saya doeloe, hehehe. Tapi alhamdulillah sih, akhirnya lulus juga. Jangan ditiru! Pengalaman saya, ternyata kalau skripsi dikerjakan dengan serius, nggak akan memakan waktu sampai berbulan-bulan lamanya. Asalkan, dikerjakan dengan konsisten.
Nah, sifat suka menunda-nunda ini tentu harus dihindari atau dihilangkan dari diri kita. Lalu, bagaimana cara mengatas procrastination atau sifat suka menunda-nunda? Ini beberapa tips dari saya:

  1. Buatlah skala prioritas. Dengan membuat skala prioritas, kita akan "dipaksa" untuk melakukan pekerjaan sebagaimana mestinya. Metode yang terkenal adalah dengan membuat skala prioritas menjadi 4 kuadran, dimana merupakan hasil dari kombinasi antara tingkat kepentingan/urgensi dan kesempatan waktu. Sehingga kita harus mengurutkan pekerjaan yang: mendesak-penting, mendesak-kurang penting, tidak mendesak-penting, dan tidak mendesak-kurang penting.
  2. Apapun yang terjadi, mulailah. Memulai sesuatu kadang terasa berat. Terlebih saat semangat sedang turun drastis. Namun, waktu akan terus berjalan. Jadi, dalam kondisi apapun dan semalas apapun, mulailah. Maka semuanya akan berjalan. Jika tak memulai langkah kesatu, mustahil bisa mencapai finish.
  3. Cari alasan yang membuat itu harus segera dilakukan. Mungkin dengan ketemu rekan kerja yang lain bisa membuat penundaan pekerjaan jadi teratasi. Atau bisa juga dengan ketemu atasan, sehingga jadi ingat akan target pekerjaan yang harus segera diselesaikan sesuai deadline.
  4. Ingat kembali GOAL yang sudah dibuat. Menumpuknya tugas, serta tantangan dan kendala yang menghadang di tengah jalan seringkali membuat runtuh semangat yang ada. Di titik ini, tidak boleh terlalu lama, karena akan membuat lalai dan semakin malas. So, dengan mengingat GOAL atau TARGET besar yang dibuat di awal, mungkin bisa melecut kembali semangat yang sempat menurun. Dan sifat menunda-nunda pekerjaan akan hilang dengan sendirinya.
Itu tadi beberapa tips dari saya untuk mengantisipasi sifat menunda-nunda. Mungkin ada saran atau pendapat dari teman-teman dalam mengatasi procrastination ini? Silakan bisa disampaikan di kolom komentar. Terima kasih

Share on Google Plus

About Muhamad Saepudin

Saya hanyalah seorang penikmat blog dan pembelajar kehidupan. Semoga pembelajaran kehidupanku bisa bermanfaat bagi para pembaca sekalian. Selamat membaca dan belajar dari kehidupan.

0 comments: